Jumat, 31 Juli 2015

Terjebak istilah "Cinta Dalam Diam"

"Diam, inilah caraku mencintaimu karena-Nya". Hmm, begitulah semboyan yang lagi nge-trend dikalangan para muslimah. Mencintai dalam diam itu apa sih? Hayooooo hmm..... sudah pasti jawaban kalian berbeda-beda bukan? Apakah hanya sebatas dengan tidak memberitahukan pada "dia"  tentang perasaan kita? Ataukah sebatas memandanginya dari jauh? Apakah cinta dalam diam itu, menghapus namanya di kontak namun mematrinya di otak?
Apakah cinta dalam diam itu, menjaga hijab dengannya di dunia nyata namun melepas semuanya ketika di dunia maya? Apakah cinta dalam diam itu, pura-pura benci di dunia nyata tapi kepoin sosmednya setiap saat? Apakah cinta dalam diam itu, berusaha menjauhinya namun sms, bbm, komen, chat dengannya hingga larut malam? *hmm, kelakuan anak jaman sekarang pasti wkwkwk. Apakah cinta dalam diam itu, berdalih ada keperluan padahal hanya ingin tau keadaannya? Apakah cinta dalam diam itu, merahasiakan perasaan namun posting status-status galau saat dia online, berharap ia membacanya? *sudah dipastikan ini juga kelakuan anak jaman sekarang wkwkw*. Apakah cinta dalam diam itu, so' perhatian dengan dalih "kita ini sodara, sudah selayaknya saling memperhatikan sesama"? Apa seperti itu yang dinamakan cinta dalam diam? Tentu juga bukan.


Cinta dalam diam itu gini, menyerahkan semua perasaan pada Allah SWT. Berusaha sebisa mungkin mencintai-Nya dan menepis semua rasa cinta yang belum semestinya. Cinta dalam diam itu, diamnya dalam taat, bukan diam dalam maksiat. Cinta dalam diam itu tidak memandangnya saat bertemu dan tidak memikirkannya saat jauh. Cinta dalam diam itu menjaga, berusaha menghindari hal yang memang tidak perlu. Cinta dalam diam itu, bukan sekedar diam melainkan terus membenahi diri, bukan karena si "dia" melainkan karna-Nya Allah SWT.


Nah sekarang udah tau kan apa itu "Cinta dalam Diam"? Tapi gatau juga karena tiap jawaban/pendapat serta hati seseorang memilih pasti berbeda-beda dan itu tergantung perasaan kalian masing-masing tanpa adanya paksaan untuk melakukannya "Cinta Dalam Diam". Kalo menurut gw sih hmm..... sudah selama setahun ini juga jarang buka blog jadi kalo tiap ingin posting pasti yang belum pernah gw alami selama ini, jadi ini sedikit bagian yang pernah gw alami dulu wkwkwkwk

Sabtu, 26 Juli 2014

Catatan Anak Sekolahan

Hidup ini memang aneh terutama untuk seseorang yang memendam perasaannya, entah dengan alasan apapun. Alasanku untuk memendam perasaan ini adalah agar kau tidak merasa punya kewajiban atau lebih tepatnya beban untuk membalasnya. Jika ada orang yang memprotes alasanku berdasarkan logika 'egois' karena menikmati cinta sendirian, itu sangat salah. Bagi sebagian orang yang mengetahui cintanya tidak akan terbalas, mereka akan terlalu sadar diri dan terus selalu menghindar entah dengan keadaan atau alasan apapun karena jika itu dilakukannya terus menerus hanya akan menghancurkan keadaan. Dan sudah menjadi resiko dirinya sendiri.

Orang yang memendam perasaannya bukanlah pengecut atau pecundang yang tidak mempunyai nyali. Melainkan mereka adalah pemberani yang siap untuk menyakiti hatinya sendiri dengan membunuh harapan-harapan yang tidak terbalaskan. Mereka rela melihat dan membuat orang yang dicintainya tersenyum sepanjang hari, meskipun senyum itu tertuju untuk orang lain, orang yang beruntung mendapatkannya, orang yang menjadi pilihanmu dan juga yang terbaik untukmu.

Sabtu, 14 Juni 2014

Benarkah Cinta Harus Memiliki?

Cinta. Hanya satu kata, tersusun dari lima huruf yang berbeda. Sangat sederhana. Kata yang sama sekali bukan kata sulit untuk dituliskan, pun untuk diucapkan. Namun kata sederhana ini menjadi jutaan tema dalam kehidupan. Tema dalam kisah bahagia, kisah sedih yang tak ada habis-habisnya, kisah lucu yang menyegarkan, kisah kegalauan remaja zaman sekarang, kisah sukses penuh semangat, dan kisah-kisah lainnya.

Kali ini aku ingin berbagi tentang cinta antar manusia. Teringat akan sebuah kalimat, “cinta tak harus memiliki”. Kalimat yang cukup populer dan sering dijadikan alasan atau sekadar kalimat penghibur bagi mereka yang sedang dilanda kisah cinta episode kesedihan. Kalimat populer ini jelas ditujukan untuk kisah cinta antar manusia. Cinta pada seseorang yang diharapkan dapat menjadi pasangan hidup, namun tak berujung pada pernikahan. Kasihan. Ah, mereka bukan orang-orang yang perlu untuk dikasihani. Karena rasa kasihan hanya akan menambah kesedihan bagi yang mengalami. Malang. Sejatinya orang-orang yang mengalami episode ini bukanlah orang yang malang. Jika disikapi secara baik, hal ini justru dapat melatih yang bersangkutan untuk menjadi lebih sabar, lebih dewasa, lebih bijaksana, dan selalu yakin serta bersyukur akan pemberian-pemberian dari Allah. Karena yakinlah, bahwa Allah akan memberikan yang terbaik yang kita butuhkan, bukan yang terbaik (menurut kita) seperti yang kita inginkan.

Cinta tak harus memiliki. Sedikit terasa mengganjal dalam hati mencermati kalimat ini. Konon kabarnya, fitrah manusia untuk mencintai. Ya, baiklah kalau begitu. Tapi yang mengganjal di sini adalah seseorang mencintai seorang manusia lainnya sebelum dinyatakan sah dan halal. Apakah salah? Entahlah. Suka pada seseorang sebelum menikah, sepertinya tak ada masalah. Tak ada masalah jika hanya sebatas rasa kagum, simpati, suka karena terdapat teladan yang baik dalam diri seseorang. Tapi apakah harus mencintainya? Mengharapkan seseorang tersebut untuk menjadi pasangan hidup, sepertinya itu juga bukan suatu kesalahan. Sangat wajar jika seseorang mengharapkan pasangannya adalah orang yang baik, shalih/shalihah, mengagumkan, dan terdapat suri teladan yang baik dalam dirinya. Wajar, sangat wajar dan manusiawi. Tapi apakah harus mencintainya? Dan apakah harus “dia”?

Sobat, aku bukanlah orang yang penuh kebaikan sehingga aku pantas untuk menggurui dan menasihatimu. Maaf, sekali lagi, maaf. Tugas kita sesama muslim adalah saling mengingatkan pada saudaranya. Dan kali ini, sejatinya aku ingin mengingatkan diriku sendiri, dan ingin berbagi padamu. Mohon ingatkan aku jika ada yang salah, sobat.

Wajar-wajar saja jika kita suka pada seseorang, mengaguminya, itu hal yang manusiawi. Tapi mencintainya, wajarkah? Teringat seorang teman mengatakan kalimat yang juga cukup populer tentang cinta. “Cintai apa yang dimiliki, bukan miliki apa yang dicintai”. Begitu pula kurasa dengan kekasih, pasangan hidup, seorang manusia yang menjadi pendamping dunia akhirat. Sayang sekali jika kita mencintai seseorang yang belum tentu akan menjadi pasangan hidup kita nantinya. Iya kalau jodoh kita adalah dia. Tapi jika bukan, betapa kasihan jodoh kita yang sebenarnya. Ia yang seharusnya mendapatkan cinta seutuhnya, namun sebagian hati telah tertawan pada hati yang lain. Ia yang seharusnya kita cintai, tapi nyatanya hanya mendapatkan sisa-sisa cinta dari sekeping hati kita yang rapuh ini.

“Jodoh itu tak akan tertukar”, begitu celoteh temanku yang lain. Yakinlah bahwa seseorang yang berjodoh dengan kita nantinya adalah yang terbaik. Jadi tak perlu menyibukkan diri untuk mencintai hati yang belum tentu akan mencintai seperti kita mencintainya. Kalaupun ia juga cinta, belum tentu kan berjodoh. Tak sampai hati rasanya bila menyakiti pasangan yang sebenarnya nanti. Dialah yang seharusnya dicintai dengan sepenuhnya. Bukan dengan sisa-sisa cinta, apalagi hanya sebagai pelarian semata. Ada baiknya jika sekarang kita mempersiapkan diri dan menjaga hati untuknya. Tak ingin hati ini ternoda oleh cinta yang salah alamat.

Cintaku hanya akan kuberikan setelah akad nikah. Ijab qobul yang begitu sakral terucap, menggetarkan hati begitu dahsyat sehingga cinta itu kan tumbuh secara alami. Aku hanya ingin mencintainya setelah ia halal bagiku. Sepenuhnya, tanpa terbagi.

Kembali pada dua kalimat cinta yang cukup populer tadi. “cinta tak harus memiliki” dan “cintai apa yang dimiliki, bukan miliki apa yang dicintai”. Dua kalimat ini terasa bertolak belakang dari satu sudut pandang tertentu. Kalimat pertama menyiratkan makna bahwa cintailah apa saja, siapa saja. Tapi ingat, mencintainya bukan berarti harus memilikinya.

Sedangkan kalimat kedua, cukup lugas. Memberikan pandangan dan pilihan yang sedikit berbeda. Ada perbedaan antara mencintai apa yang dimiliki dengan memiliki apa yang dicintai. Dalam konteks pasangan hidup, Mencintai apa yang dimiliki, ini berarti cinta itu tumbuh setelah seseorang sah dan halal bagi kita. Sedangkan memiliki apa yang dicintai, ini berarti cinta itu telah bersemi indah sebelum seseorang tersebut sah dan halal baginya. Jika kita ingin “memiliki apa yang kita cintai”, maka kalimat “cinta tak harus memiliki” berlaku di sini. Namun tak kan berlaku jika kita “mencintai apa yang kita miliki”. Yang berlaku adalah “cinta harus memiliki”. Karena kita sudah memiliki terlebih dulu sebelum mencintainya. Dan hal ini menyiratkan sebuah isyarat rasa syukur yang begitu besar atas apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk kita. Kalaupun ternyata pasangan kita nantinya tak sesuai harapan, itu artinya Allah ingin kita belajar untuk bersabar. Dan ingatlah, Allah itu bersama orang-orang yang sabar. Di sisi lain, Allah akan menambah nikmatnya bagi yang selalu bersyukur.

Sungguh dahsyat rasanya jika kita mencintai apa yang kita miliki. Hidup dalam bingkai cinta yang “tulus” berhiaskan “kesyukuran dan kesabaran”. Kebahagiaan bukanlah hal yang sulit diwujudkan. Kedamaian dan ketenangan pun akan terus mengiringi dalam setiap degup jantung. Bukankah ini begitu indah, sobat?

Satu hal yang perlu diingat, sobat. Cinta pada manusia bukanlah yang abadi. Jadikan cinta itu sebagai media mengalirnya cinta menuju muara cinta yang paling agung. Cinta pada Allah. Cinta inilah yang hakiki. Mencintai pasangan merupakan salah satu perwujudan cinta pada Rabb yang menguasai jiwa ini. Sebesar apapun cinta itu, tetap tujuan akhirnya adalah cinta pada Sang penguasa cinta. Dialah yang memiliki cinta terluas, cinta tak berbatas. Dialah yang berhak untuk dicintai sepenuhnya. Karena setiap detail kehidupan kita tak bisa lepas dari cinta-Nya.

Sobat, andai dirimu kebingungan melabuhkan cinta karena belum ada seseorang yang halal bagimu, tak perlu merasa galau. Kegelisahan hanya membuat kita terus merasa risau. Ada Allah yang kita miliki dan yang memiliki kita sepenuhnya. Cintailah dengan cinta terbaik yang kita punya. Yakinlah Dia tak akan menyia-nyiakan cinta kita yang seadanya ini. Jika yang kita dapatkan tak sesuai keinginan, bukan Allah tak mencintai kita. Tapi Allah ingin kita belajar menjadi orang yang sabar sehingga kita bisa terus merasa dekat dengan-Nya. Karena Allah bersama orang-orang yang sabar. Namun jangan lupa untuk bersyukur ketika yang kita dapatkan sesuai keinginan. Karena rasa syukur itulah yang menjadikan nikmat Allah terus bertambah. Tidak pernah rugi, bukan? Ibarat berdagang, perdagangan yang selalu menguntungkan hanyalah perdagangan dengan Allah, Rabb penguasa semesta.



Di tengah hirup pikuk area tambang
Bersama mendungnya awan
Dan menyimpan perasaannya disetiap diamnya

Jumat, 13 Juni 2014

Sebuah Kepercayaan

Setia bukan karena kita sempurna, tapi setia karena bisa saling menjaga..
Sehati itu bukan karena memberi, tapi sehati karena berusaha saling memahami..
Menyayangi itu bukan karena terpesona, melainkan karena perasaan yang saling terbuka satu sama lain..
Bersama bukan karena dunia, tetapi bersama karena ALLAH..
Indah bukan karena selalu mudah, melainkan dihadapi bersama setiap ada kesusahan..
Bahagia itu bukan karena dunia, tetapi bahagia karena bisa saling percaya..

Rabu, 11 Juni 2014

Goresan Kata

'' SEPI '' Bukan Berarti '' HILANG ''
'' DIAM '' Bukan Berarti '' LUPA ''
'' JAUH '' Bukan Berarti '' PUTUS ''

Aku Punya 2 Mata yang Tak Selalu bisa Melihatmu..
Aku Punya 2 Tangan yang Tak Selalu Bisa Menyentuhmu..
Akupun Punya 2 Kaki yang Tak Selamanya Bisa berjalan.. Bersamamu..
Tapi aku Punya HATI, yang Akan selalu Mengingat dan Menyayangimu..

Selasa, 10 Juni 2014

Cerita Seorang Ayah dan Anaknya

Di suatu sore, Seorang Anak datang kepada Ayahnya yang sedang membaca koran.
“Ayah, ayah” kata Sang Anak
“Ada apa?” tanya Sang Ayah
“Aku capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek, aku mau menyontek saja! aku capek, sangat capek.
Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah,
sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek.
Aku capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung, aku ingin jajan terus!
Aku capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.
Aku capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedangkan teman-temanku seenaknya saja bersikap kepada ku.
Aku capek Ayah, aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka. Mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis.
Kemudian sang Ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ”Anakku ayo ikut Ayah, Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak.
Kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang. Lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” sang ayah hanya diam.
Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu-kupu, bunga-bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang.
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah…”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya Yah? Alhamdulillah”
”Nah, akhirnya kau mengerti”
”Mengerti apa? aku tidak mengerti”
” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi.
Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”
” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”
” Ayah tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi, ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain,jadilah dirimu sendiri, jadilah seorang muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena tahu ada Allah di sampingnya. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Maka kau tau akhirnya kan?”
” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Sabtu, 10 Mei 2014

Di Balik Kesulitan Ada Kemudahan

※ Ketika kamu tetap tersenyum meskipun merasa sakit.
※ Ketika kamu tetap memberi meskipun tak pernah dibalas.
※ Ketika kamu tetap ceria meskipun terluka.
※ Ketika kamu tetap diam meskipun perih.
※ Dan ketika kamu bahagia meskipun kehilangan.
※ Disitulah ketulusan hati sedang di uji.
※ Kesedihan mengajarkan kita tentang indahnya kebahagiaan.
※ Seperti juga sakit, mengajarkan kita tentang nikmatnya sehat.
※ Dan apabila sakit, Allah SWT yang menyembuhkannya.
※ Seringkali kita berputus asa tatkala mendapatkan kesulitan atau cobaan.
※ Padahal Allah SWT telah memberi janji, "bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan" pasti ada jalan yang begitu dekat.